Seminar online Magister Ilmu Kedokteran Tropis bersama Inke Nadia P. Lubis, “COVID-19 in children: an experience from North Sumatra” dan Makoto Saito, “COVID-19 in Japan”

Print

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Medan, 30 September 2020

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah jenis coronavirus baru yang termasuk dalam famili Coronaviridae dan sekarang ini dikenal sebagai penyebab wabah infeksi pernapasan atipikal yang pertama sekali dilaporkan terjadi di Wuhan, China pada bulan Desember 2019. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini diberi nama Coronavirus disease 19 (COVID-19) dan telah menyebar secara cepat ke seluruh dunia. Pada tanggal 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global.

dr. Inke Nadia P. Lubis, M.Ked(Ped), Sp.A, PhD selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, membawakan materi presentasi berjudul “COVID-19 in children” yang membahas tentang COVID-19 pada anak di berbagai negara di dunia, terutama di Indonesia, dan khususnya Sumatera Utara.

Hingga 29 September 2019, jumlah kasus COVID-19 di dunia telah mencapai 33.556.252 kasus dengan angka kematian sebanyak 1.006.450 kasus. Indonesia sendiri menempati posisi ke-23 di dunia dengan total kasus mencapai 282.724 kasus dan angka kematian mencapai 10.601 kasus. Sumatera Utara menempati posisi ke-7 sebagai provinsi penyumbang kasus COVID-19 terbanyak di Indonesia. Hingga 24 September 2020, jumlah kasus COVID-19 di Sumatera Utara mencapai 9.749 kasus dengan angka kematian sebanyak 410 kasus.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 pada anak usia <18 tahun di Indonesia, hingga 29 Juni 2020, adalah sebanyak 1.862 kasus dengan angka kematian mencapai 42 kasus. Sumatera Utara menempati posisi ke-4 sebagai provinsi dengan kasus COVID-19 pada anak terbanyak dengan jumlah kasus konfirmasi mencapai 594 kasus dan angka kematian sebanyak 3 kasus.

Anak tidak lebih rentan terhadap infeksi COVID-19 dibandingkan dewasa, hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: adanya reseptor ACE-2 sebagai jalur masuknya virus ke dalam tubuh, respon inflamasi terhadap patogen yang berbeda antara anak dan dewasa, adanya antibodi maternal dan kompetisi antara virus corona dengan virus penyebab infeksi saluran pernafasan lainnya seperti Respiratory Syncytial Virus (RSV) atau influenza, yang umumnya ditemukan pada anak.

Secara epidemiologi, COVID-19 umumnya lebih jarang ditemukan pada anak dibandingkan pada dewasa. Namun, di Indonesia, jumlah kasus COVID-19 pada anak cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara lain di dunia. Anak-anak dengan infeksi COVID-19 umumnya memiliki manifestasi klinis ringan hingga sedang, dan tingkat mortalitas yang sangat rendah. Kasus kritis yang memerlukan rawatan ICU sering terjadi pada anak-anak dengan penyakit komorbid. Walaupun dengan jumlah kasus yang sedikit dan prognosis yang lebih baik, anak-anak dapat menjadi sumber penyebaran virus kepada orang dewasa yang memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.

Makoto Saito, MD, MSc, DPhil dari Institute of Medical Science, University of Tokyo, sebagai pembicara tamu, membawakan materi presentasi berjudul “COVID-19 in Japan” yang mengupas informasi terkini seputar epidemiologi, manajemen klinis dan pencegahan terhadap infeksi COVID-19 di Jepang.

Kurva epidemi di Jepang saat ini menunjukkan adanya second wave yang puncaknya terjadi di bulan Agustus 2020, hal ini mungkin disebabkan oleh adanya peningkatan kapasitas testing dibandingkan pada saat first wave, dimana testing hanya dilakukan secara terbatas pada kasus berat. Hal ini berbeda bila dibandingkan dengan Indonesia yang hingga saat ini masih belum melewati first wave.

Secara demografi, kasus COVID-19 di Jepang lebih banyak ditemukan pada pria dibandingkan wanita dan kasus terbanyak dijumpai pada usia dewasa muda. Hal ini sesuai dengan gambaran demografi di Indonesia.

Manajemen klinis COVID-19 adalah bersifat suportif, seperti paracetamol, dextromethorphan atau ambroxol, dexamethasone, antikoagulan, tocilizumab, antivirus (remdesivir, favipiravir, hydroxycholoroquine, lopinavir dll), terapi suplementasi oksigen pada kasus berat, hingga ventilasi mekanik dan ECMO untuk kasus kritis.

Pencegahan terhadap infeksi COVID-19 dapat dilakukan dengan memakai masker, menjaga kebersihan tangan dengan rutin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, desinfeksi rutin , menjaga jarak (physical distancing) dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang dikhususkan bagi petugas kesehatan. Masyarakat dihimbau untuk menghindari tempat-tempat dengan 3Cs yaitu; Crowded  with too many people (keramaian), Closed indoor without ventilation (ruangan tertutup tanpa ventilasi) dan Close-contact is inevitable (situasi dimana kontak dekat tidak dapat dihindarkan).

[oleh: Meliani]

Presentasi oleh dr. Inke Nadia P. Lubis, M.Ked(Ped), Sp.A, Ph.D dan Makoto Saito, MD, MSc, DPhil

 

Seminar ditutup dengan sesi foto bersama dengan kedua pembicara, Dekan Fakultas Kedokteran USU, moderator dan seluruh peserta seminar Magister Ilmu Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran USU.